Senin, 28 Maret 2011

Leukorrhea (atau yang lebih dikenal dengan keputihan)


Penyakit? Bagaimana ekspresi anda jika anda mendengar kata itu? Mungkin untuk membanyangkan saja anda tak berani. Ya, penyakit memang ada di sekitar kita dan bias menyerang kita dimana saja dan kapan saja. Salah satu bagian tubuh kita yang rentan terhadap penyakit adalah organ reproduksi.
            Banyak sekali penyakit yang ditemukan pada organ reproduksi manusia, khususnya wanita. Entah itu disebabkan oleh virus maupun factor lain. Tak jarang banyak wanita menutup usianya pada usia muda hanya karena penyakit pada alat reproduksi.Untuk itu bagi anda yang belum terjangkit apapun, waspada dan pencegahan harus tetap anda lakukan karena kedua hal itu lebih mudah dari pada menghobati.
            Salah satu contoh penyakir organ reproduksi yaitu    Leukorrhea (atau yang lebih dikenal dengan keputihan) dan keluhan gatal yang menyertainya merupakan keluhan yang sering menjadi alasan seorang wanita untuk berobat ke bagian ginekologi. Hal ini dikarenakan banyak diantara mereka yang mengkhawatirkan dirinya mengidap penyakit menular         seksual             ataupun           keganasan.
Leukorrhea dapat menyerang wanita mulai dari anak-anak sampai wanita dewasa atau menopause. Leukorrhea menyebabkan seorang wanita acapkali mengganti pakaian dalamnya atau menggunakan pembalut. Leukorrhea biasanya disertai dengan keluhan lain seperti perasaan gatal, rasa panas pada alat kelamin maupun nyeri sewaktu bersenggama. Keluhan dapat bervariasi dari ringan hingga berat, namun banyak penderita yang tidak menghiraukannya.
I.  PENGERTIAN
Leukorrhea (lekore) atau fluor albus atau keputihan ialah cairan yang keluar dari saluran genitalia wanita yang bersifat berlebihan dan bukan merupakan darah. Menurut kamus kedokteran Dorlan leukorrhea adalah sekret putih yang kental keluar dari vagina maupun rongga uterus. Walaupun arti kata lekore yang sebenarnya adalah sekret yang berwarna putih, tetapi sebetulnya warna sekret bervariasi tergantung penyebabnya. Lekore bukan penyakit melainkan gejala dan merupakan gejala yang sering dijumpai dalamginekologi.

II. PATOFISIOLOGI
   A. Sumber Cairan
       1) Vulva
           Cairan yang berasal dari vulva tidak termasuk sekret vagina akan tetapi penderita    mengeluh keputihan karena tidak mengetahui asal cairan tersebut. Cairan ini dapat berasal dari kelenjar Bartholin yang mempunyai peranan penting dalam pelumasan introitus dan mukosa vulva berupa lendir yang meningkat pada aktifitas seksual. Lendir juga berasal dari daerah periurethral tempat bermuaranya saluran Skene.
      2) Vagina
          Walau vagina tidak mempunyai kelenjar akan tetapi cairan dapat keluar dari permukaan secara transudasi. Cairan bersifat asam karena adanya asam laktat yang diproduksi oleh mikroorganisme terutama bakteri Doderlein.
      3) Serviks
          Kelenjar mukosa serviks adalah penghasil lendir utama. Lendir jernih, basah, jumlah dan kekentalannya bervariasi bergantung dari fase siklus menstruasi. Jumlah terbanyak ialah saat ovulasi, selain karena pengaruh hormon, juga disebabkan oleh hiperemia.
     4) Uterus
         Kelenjar endometrium yang sebelumnya tidak aktif, baru aktif pada fase postovulasi dan sedikit dari cairan ini dapat turun ke vagina, jumlahnya kecil sekali kecuali bila terjadi kelainan dalam hal vaskularisasi, kelainan faktor endokrin, adanya neoplasma atau infeksi.
     5) Tuba
         Walau jarang tetapi mungkin terjadi dalam keadaan tertentu misal salpingitis yang kemudian cairannya masuk uterus dan selanjutnya turun ke vagina.

    B. Komponen Sekret Vagina yang Normal
        Sekret vagina terdiri dari beberapa komponen yang meliputi air, elektrolit, mikroorganisme, sel-sel epitel dan senyawa organik seperti asam lemak, protein dan karbohidrat. Komponen-komponen ini bergabung untuk menghasilkan sekret vagina dengan pH kurang dari 4,5.
Sel epitel berasal dari epitel toraks serviks dan epitel gepeng vagina. Flora vagina yang normal terdiri dari mikroorganisme yang mengkolonisasi cairan vagina dan sel epitel. Leukosit, meskipun normalnya terdapat pada fase sekresi siklus menstruasi, biasanya hanya ditemukan dalam jumlah kecil.

   C. Pengaruh Hormon Seks
       Cairan vagina dan flora mikroba dipengaruhi oleh hormon-hormon seks.
Peningkatan volume dan penurunan viskositas cairan vagina terjadi setelah ovulasi, dalam hal ini hormon progesteron memegang peranan. Estrogen meningkatkan kadar glukosa dalam cairan vagina. Tidak jelas apakah estrogen meningkatkan pergantian glikogen atau kandungan glikogen sel-sel epitel, yang kemudian dapat mempengaruhi jenis organisme yang mengkolonisasi epitel. Sehingga wanita premenarche dan pasca menopause lebih banyak mempunyai bakteri anaerob daripada wanita menstruasi. Wanita dalam masa reproduksi mempunyai lebih banyak bakteri fakultatif yang sebanding termasuk laktobasilus daripada wanita dengan kadar estrogen rendah.

   D. Pengaruh pH dan Glukosa atas Flora Vagina
       Dua faktor lain yang mempengaruhi jenis organisme yang terdapat dalam flora vagina adalah pH dan terdapatnya glukosa. Kandungan glikogen epitel vagina pasti meningkat pada wanita yang menstruasi (dalam masa reproduksi) dibandingkan wanita yang tidak dalam masa reproduksi. Kandungan asam laktat dalam vagina menimbulkan pH yang sangat asam (kurang dari 4,5). Asam laktat diproduksi tidak hanya oleh metabolisme laktobasilus yang menggunakan glukosa sebagai substrat tetapi juga oleh metabolisme bakteri lain yang menggunakan glikogen sebagai substrat dan oleh metabolisme sel-sel epitel vagina yang juga menggunakan glikogen sebagai substrat. Kemudian pH rendah ini menyokong pertumbuhan organisme asidofilik seperti laktobasilus. Terdapatnya laktobasilus mungkin menjadi pusat pembatasan pertumbuhan bakteri lainnya. Kolonisasi laktobasilus vagina yang berat menghambat pertumbuhan organisme lain melalui metabolisme sendiri dengan mempertahankan pH yang rendah dengan menggunakan glukosa untuk menghasilkan asam laktat, dengan memproduksi hidrogen peroksida yang menghambat pertumbuhan bakteri anaerob, dan dengan menggunakan glukosa tersebut memusnahkan organisme lain karena substrat untuk metabolismenya telah dipergunakan. Di antara wanita pasca menopause, kandungan glikogen sel yang rendah karena pengurangan kadar estrogen diperkirakan bertanggung jawab terhadap peningkatan pH vagina. Pada lingkungan pH yang tinggi ini efek penghambatan dan persaingan laktobasilus dihilangkan dengan demikian organisme-organisme lain terutama yang anaerob akan berproliferasi.

   E. Mikro-Ekosistem Epitel Vagina
       Sel-sel epitel mempunyai tempat bagi perlekatan bakteri dan kemampuan bakteri tertentu untuk menempati tempat tersebut berbeda-beda di antara pasien yang satu dengan lainnya. Beberapa wanita sangat rentan terhadap infeksi karena selnya mengandung tempat yang mudah dilekati bakteri. Flora normal yang menempel pada sel-sel epitel vagina dan merupakan mikro-ekosistem epitel vagina akan menghambat pertumbuhan organisme patologik yang berlebihan dengan paling sedikit dua mekanisme. Pertama flora normal pasti menggunakan kedua zat gizi substrat yaitu glukosa dan glikogen. Kedua dengan menghasilkan produk metabolik yang menghambat penempelan dan proliferasi organisme yang berpotensi patogen. Analog dengan mikro flora oral, vagina mungkin mengandung banyak ekosistem mikroba tersendiri, yang bervariasi dalam jarak beberapa milimeter di dalam epitel vagina.

   F. Mikroorganisme yang Terdapat dalam Sekret Vagina yang Normal
       Organisme yang ditemukan pada sekret vagina dalam konsentrasi setinggi 10 satuan pembentuk-koloni/mm3 cairan. Konsentrasi organisme anaerob biasanya kira-kira 5 kali konsentrasi organisme aerob. Rata-rata 5-10 organisme ditemukan dari vagina, meskipun pengambilan bahan contoh ulangan dapat menemukan lebih banyak bakteri. Organisme fakultatif yang paling menonjol adalah spesies laktobasilus, korinebakteria, streptokokus, stafilokokus epidermis dan Gardnerella vaginalis. Sebenarnya semua wanita paling sedikit mempunyai satu organisme fakultatif dan salah satu organisme fakultatif ini dapat ditemukan pada 40-80% wanita. E. coli, merupakan organisme koliformis virulen yang tersering ditemukan, dapat ditemukan dari hanya kira-kira 20% wanita dan pada wanita inipun hanya terdapat secara sepintas. Organisme anaerob yang paling menonjol adalah peptostreptokokus, peptokokus, laktobasilus anaerob, eubakteria; Bacteroides sp., yang ditemukan secara keseluruhan atau sendiri-sendiri pada 20-60% wanita. Candida albicans, organisme jamur tersering ditemukan, terdapat 5-10% wanita. Mycoplasma hominis terdapat pada 20-50% dan Ureaplasma urealyticum terdapat pada 50-70% wanita asimtomatik yang aktif berhubungan seksual.
Jadi sulit sekali menentukan kapan keadaan disebut patologis bila hanya berdasarkan ditemukannya suatu jenis kuman tertentu.

    G. Mekanisme Infeksi Vagina
        Jika keseimbangan kompleks mikroorganisme berubah, maka organisme yang berpotensi patogen, yang merupakan bagian flora normal misalnya C. albicans pada kasus monilia serta G. vaginalis dan bakteri anaerob pada kasus vaginitis nonspesifik, berproloferasi sampai suatu konsentrasi yang berhubungan dengan gejala. Pada mekanisme infeksi lainnya, organisme yang ditularkan melalui hubungan seksual dan bukan merupakan bagian flora normal seperti Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae dapat menimbulkan gejala. Gejala yang timbul bila hospes meningkatkan respon peradangan terhadap organisme yang menginfeksi dengan menarik leukosit serta melepas prostaglandin dan komponen respon peradangan lainnya. Gejala ketidaknyamanan dan pruritus vagina berasal dari respon peradangan vagina lokal terhadap infeksi T. vaginalis dan C. albicans. Organisme tertentu yang menarik leukosit termasuk T. vaginalis, menghasilkan sekret purulen. Di antara wanita dengan vaginitis nonspesifik, baunya disebabkan oleh terdapatnya amina yang dibentuk sebagai hasil metabolisme bakteri anaerob. Amina tertentu, khususnya putresin dan kadaverin, sangat berbau busuk. Lainnya seperti histamin dapat menimbulkan ketidaknyamanan oleh karena efek vasodilatasi lokal. Produk metabolisme lain yang dihasilkan pada wanita dengan non spesifik vaginitis seperti propionat dan butirat dapat merusak sel-sel epitel dengan cara yang sama seperti infeksi ginggiva. Eksudat serviks purulenta tersering disebabkan oleh N. Gonorrhoeae, C. Trachomatis atau Herpesvirus hominis, karena organisme penginfeksi ini menarik leukosit. Adanya AKDR dapat menimbulkan endometritis ringan dan atau servisitis, tempat leukosit dikeluarkan ke dalam vagina melalui serviks.


III. ETIOLOGI
      Tujuan pertama adalah membedakan sekret vagina fisiologis atau patologis, dengan kriteria klinis, laboratorium dan mikrobiologi. Setiap penyakit atau kelainan dari organ seperti vagina, serviks, uterus, tuba dapat menimbulkan gejala lekore.

A. Lekore Fisiologis
     Basanya jernih atau putih dan menjadi kekuningan bila kontak dengan udara yang disebabkan oleh proses oksidasi, tidak gatal, tidak mewarnai pakaian dalam dan tidak berbau. Secara mikroskopik terdiri dari dinding vagina, sekresi dari endoserviks berupa mukus, sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah yang bervariasi serta mengandung berbagai mikroorganisme terutama lactobacillus doderlein. Memiliki pH < 4,5 yang terjadi karena produksi asam laktat oleh lactobacillus dan metabolisme glikogen pada sel epitel vagina. Lekore fisiologis berasal dari transudat vagian, lendir serviks dan lendir kelenjar bartholin dan skene dan biasa ditemukan pada keadaan antara lain:
1. Bayi baru lahir terutama sampai usia 10 hari, hal ini disebabkan pengaruh estrogen di   plasenta terhadap uterus dan vagina bayi
2. Premenarche
3. Saat sebelum dan sesudah haid
4. Saat atau sekitar ovulasi
5. Kehamilan
6. Faktor psikis
7. Rangsangan seksual pada wanita dewasa
8. Gangguan kondisi tubuh seperti keadaan anemia, kekurangan gizi, kelelahan, kegemukan, usia tua > 45 tahun.

B. Lekore Patologis
    Lekore dikatakan patologis jika terjadi peningkatan volume (khususnya jika membasahai pakaian), terdapat bau yang khas, perubahan konsistensi maupun perubahan warna. Lekore patologis dapat disebabkan oleh:
1) Infeksi
Merupakan penyebab utama dari lekorea patologis, dapat berupa infeksi vagina (vaginitis) dan serviks (servisitis). Penyebab terbesar dari infeksi adalah hubungan seksual. Lekorea karena PMS bersfat abnormal dalam warna, bau atau jumlahnya, dapat disertai gatal pembengkakan disuria, nyeri perut atau pinggang. Sebab lain masuknya kuman bisa pada waktu pemeriksaan dalam, pertolongan persalinan atau abortus, pemasangan AKDR. Perubah flora dapat terjadi karena pencucian vagina yang kurang pada tempatnya, pengobatan yang berlebihan. Pada anak-anak sering karena higienis yang kurang baik.
Berdasarkan penyebabnya, infeksi-infeksi tersebut adalah:
a. Infeksi bakteri
    • Neisseria gonorrhoeae : Gonorrhoe
    • Chlamydia trachomatis : infeksi Chlamydial
    • Gardnerella vaginalis : vaginosis
    • Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum : Mycoplasmosis
b. Infeksi virus
    • Herpes virus (H. Simplex, H. Zoster, Varicella)
    • Poxvirus : Moluscum contagiosum
    • Papovavirus : Condyloma
c. Infeksi jamur
    • Candida albicans : Kandidiasis
d. Infeksi protozoa
    • Trichomonas vaginalis : Trikomoniasis
    • Entamoeba histolytica : Amoebiasis vaginae
e. Infeksi cacing
    • Enterobius vermicularis

IV. DIAGNOSIS
Diagnosis penyebab leukorea dapat dicari dengan memperoleh :
• Anamnesis
   Dengan anamnesis harus terungkap apakah lekore ini termasuk fisiolgis atau patologis. Selain disebabkan karena infeksi harus difikirkan juga kemungkinan ada benda asing atau neoplasma
• Pemeriksaan klinis
   Pada pemeriksaan speculum harus diperhatikan sifat cairannya seperti kekentalan, warn, bau serta kemungkinan adanya benda asing, ulkus dan neoplasma (kelompok khusus). Pemeriksaan dalam dilakukan setelah pengambilan sediaan untuk pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan laboratorium
   Dibuat sediaan basah NaCl 0,9% fisiologis untuk trikomoniasis, KOH 10% untuk kandidias, pengecatan gram untuk bakteri penyebab gonore. Pemeriksaan tambahan dilakukan bila ada kecurigaan keganasan. Kultur dilakukan pada keadaan klinis ke arah gonore tetapi hasil pemeriksaan gram negatif. Pemeriksaan serologis dilakukan bila kecurigaan ke arah klamidia.

V. TERAPI
1. Trikomoniasis
    • Pilihan utama : metronidazole 3x250 mg/hari, per oral selama 7 hari.
      Jangan diberikan pada wanita hamil, terutama trimester I
    • Pilihan lain : Klotrimazol 100 mg/hari intravagina selama 7 hari.
      Dapat diberikan pada wanita hamil.
    • Partner seksual atau sumber kontak dilakukan pemeriksaan rutin traktus  
      genitourinarius dan pengobatan dengan metronidazole 2 gr peroral dosis tunggal
2. Kandidiasis
    • Pilihan utama:
      o Klotrimazol 100mg/hari selama 7 hari
      o Nistatin 100.000-200.000 unit/hari intra vagina selama 14 hari
   • Pilihan lain :
      o Tiokonazol 300mg per oral, dosis tunggal atau 100 mg/hari selama 3 hari
      o Mikonazol 100mg/hari intravagina selama 7 hari
3. Vaginosis bakteri
    • Pilihan utama: Metronidazol 3x 250mg/hari, oral selama 7 hari
    • Pilihan lain : Ampisilin 4x500mg/hari per oral selama 7 hari
4. Gonore
    • Pilihan utama : Doksisiklin 2x100mg/hari per oral selama 7 hari
    • Pilihan lain :
       o Tetrasiklin 4x500 mg/hari per oral selama 7 hari
       o Penisilin prokain 4,8 juta U i.m. + Probenesid 1 gr per oral
       o Ampisilin 3,5 gr + Probenesid 1 gr per oral
       o Amoksisilin 3 gr + Probenesid 1 gr per oral
5. Klamidiasis
    • Pilihan utama : Doksisiklin 2x 100 mg/hari oral selama 7 hari
    • Pilihan lain :
       o Tetrasiklin 4x500mg/hari oral selama 7 hari
       o Eritromisin 4x500mg/hari per oral selama 7 hari atau
          4x250 mg/hari per os selama 14 hari

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn.” A “ DENGAN FLOUR ALBUS


Tanggal Pengkajian     : 6 Agustus 2010
Jam                              :  08.00 wita
No Rekam Medik       :  -
Dirawat diruang          :  BPS Delima

A.                DATA SUBJEKTIF
1.      Identitas
Nama ibu        :  Nn. A
Umur               : 19 thn
Agama            :  Islam
Suku/Bangsa   :  Sasak/ Indonesia
Pendidikan      :  SMU
Alamat            :  Selong
No.telpon/Hp  :  -
Nama suami   : -
 Umur             :  - 
Agama            : -
Suku/Bangsa   : -
Pendidikan      : -
Alamat            : -
No.telpon/Hp  : -

2.      Keluhan Utama :
Pasien mengeluh mengalami keputihan sejak 15 hari yang lalu, warna kuning kehijau – hijauan, berbau, gatal tapi tidak terlalu banyak

3.      Riwayat Perkawinan
Pasien belum kawin

4.      Riwayat Menstruasi 
Menarche umur 16 tahun. Siklus 28 hari. teratur. Lama 6 hari. sifat darah : encer. Bau amis flour albus ada biasanya sebelum menstruasi. Disminorroe tidak  ada. Banyaknya kurang lebih 10cc. HPM 26 – 7 – 2010



5.      Riwayat Kehamilan, Persalianan dan Nifas Yang Lalu
Hamil ke
Persalinan
Nifas
Tgl lahir
UK
Jenis Persalinan
Penolong
komplikasi
Jenis kehamilan
BB Lahir
laktasi
komplikasi
ibu
bayi



































6.      Riwayat kontrasepsi yang digunakan

No
Jenis kontrasepsi
Mulai memakai
Berhenti/Ganti Cara
Tanggal
Oleh
Tempat
Keluhan
Tanggal
Oleh
Tempat
Keluhan































7.      Riwayat kesehatan
a.       Penyakit sistemik yang pernah diderita/sedang diderita :
Tidak ada
b.      Penyakit yang pernah diderita/sedang diderita keluarga :
Tidak ada
c.       Riwayat penyakit Ginekologi :
Tidak ada
d.      Riwayat penyakit sekarang :
Tidak ada


8.      Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

a.    Pola Nutrisi

Makan
Minum
Frekuensi
Macam
Jumlah
Keluhan
3 x sehari
Nasi, sayur, lauk
1 porsi
Tidak ada
8 gelas sehari
Air putih
2 liter
Tidak ada

b.   Pola Eliminasi

BAB
BAK
Frekuensi
Warna
Bau
konsistensi
jumlah
1 x sehari
Kuning
Khas feses
Padat

5 – 6 x sehari
Kuning bening
Amoniak
cair

c.    Pola aktivitas
Kegiatan sehari-hari : tidak ada
Istirahat/ tidur : 8 jam sehari
d.   Seksual : Frekuensi
Keluhan : -
e.    Personal Hygiene :
Kebiasaan mandi 2 kali/hari
Kebersihan membersihkan alat kelamin cebok dengan air biasa
Kebersihan mengganti pakaian dalam 1 x sehari
Jenis pakaian dalam yang digunakan cotton

9.      Keadaan Psiko Sosial Spritual
a.    Pengetahuan ibu tentang gangguan/ penyakit yang diderita saat ini :
Tidak ada
b.   Pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi
Tidak ada
c.    Dukungan suami/ keluarga : -




B.     DATA OBJEKTIF
1.      Pemeriksaan umum
a.       Keadaan umum          : Baik
Kesadaran                   : Compos mentis
BB                               : 47 kg
TB                               : 152 cm
b.      Tanda-tanda vital
Tekanan darah             :110 / 70 mmHg
Nadi                            : 84 ´/menit
Respirasi                      : 22 ´/menit
Suhu                            :37 ÂșC

2.      Pemeriksaan fisik
a.       Kepala dan Leher       
Hiperpigmentasi          : Tidak ada     
Mata                            : Conjungtiva tdk pucat, sklera tdk ikterus    
Mulut                          : bersih, tidak ada karies, bibir tdk pucat       
Leher                           : Tdk ada pembesaran kelenjar           
b.      Payudara                                            
Bentuk                        :  simetris
Puting susu                  :  menonjol
Massa/ Tumor              :  tidak ada
c.       Abdomen
Bentuk                        :  datar
Bekas luka                   :  tidak ada
Massa/tumor                :  tidak ada
d.      Ekstremitas
Edema                         : tidak ada
Varices                        : tidak ada
Reflek patela               : +/+
e.       Genetalia luar
Tanda chadwick          : tidak ada
Varices                        :  tidak ada
Bekas luka                   : tidak ada
Kelenjar bartholini      :  +
Pengeluaran                 : flour albus +, 0,5 ml
f.       Anus                            : tidak terdapat hemoroid
3.      Pemeriksaan dalam/ Ginekologis :
Adanya pengeluaran flour albus 0,5 ml warna kuning kehijauan, tidak ada perdarahan.
4.      Pemeriksaan penunjang :
HB : 11 gr %


ASSESMENT
1.      Diagnosa Kebidanan : Flour albus
Dasar : - Pasien mengatakan keputihan sejak 15 hr yang lalu
            - Adanya pengeluaran flour albus 0,5 ml
2.      Masalah : Ketidaknyamanan
Dasar : - Ibu mengatakan keputihannya berbau dan gatal
3.      Kebutuhan
*      Penjelasan tentang ketidaknyamanan
*      Personal hygiene
*      Pemberian obat oral
*      Anjurkan pasien untuk kontrol bila obat habis atau sewaktu – waktu jika keputihan semakin banyak
4.      Diagnosa potensial
Tidak ada
5.      Masalah potensial
Terjadinya infeksi
6.      Kebutuhan tindakan segera berdasarkan kondisi klien
a.          Mandiri
*      Jelaskan pada pasien tentang ketidaknyamanan oleh karena keputihannya
*      Ajarkan pada pasien tentang personal hygiene
*      Berikan obat oral
b.         Kolaborasi
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika
c.          Merujuk
Bila perlu lakukan rujukan kalau tidak ada perubahan setelah habis obatnya.

PLANNING (Termasuk Pendokumentasian Implementasi dan Evaluasi)
Tanggal 6 agustus 2010 Jam 08.30 wita
1.      Implementasi
*      Menjelaskan pada pasien tentang ketidaknyamanannya oleh karena adanya pengeluaran dari vaginanya yaitu keputihan yang berwarna kuning kehijau-hijauan, berbau dan gatal tersebut.
*      Mengajarkan pada pasien tentang personal hygiene yaitu khususnya tentang menjaga kebersihan vulva, yaitu dengan cara cebok dari depan ke belakang, mengganti celana dalam sesering mungkin / setiap kali basah, karena pakaian dalam yang basah adalah sumber tempat berkembang biaknya jamur yang menyebabkan terjadinya keputihan.
*      Pemberian obat oral yaitu metronidazol dan parasetamol
*      Menganjurkan pasien untuk datang kontrol kembali bila obat habis atau sewaktu-waktu jika keputihan semakin banyak
2.      Evaluasi
*      Pasien mengerti tentang apa yang dijelaskan bidan dan bersedia untuk melakukannya
*      Pasien bersedia untuk kontrol lagi



                                                                             Tanda tangan


                                                                 (                                        )


Catatan perkembangan  :  tidak ada karena pasien rawat jalan




BAB IV
KESIMPULAN


            Dengan pembahasan diatas maka dapat kita simpulkan bahwa organ reproduksi, terutama pada wanita, sangat kompleks. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai sistem reproduksi wanita dan penyakit apa saja bisa dialami oleh wanita sangat penting untuk diketahui. Dengan demikian wanita dapat menjaga kesehatan organ reproduksinya dan tentu saja dapat menghargai  dirinya dengan baik.






DAFTAR PUSTAKA


1.                  Wijayanegara, Hidayat, Achmad Suardi, Wiryawan Permadi, Tina Dewi    Judistiani. 1997. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin. Edisi ke II. Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FKUP/RSUP Dr. Hasan Sadikin

2. Seluk beluk kesehatan reproduksi wanita, Dita Andira, Plus Books

3. Natakusumah, Rustama. 1992. Penatalaksanaan Umum Keputihan (Lekore). Dalam Kumpulan Makalah Simposium Pengelolaan Keputihan dan Masalah Terkait dalam Rangka Lustrum VII FKUP & HUT RSHS ke-69. Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FKUP/RSUP Dr. Hasan Sadikin

4. Ginekologi. Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran